Kamis, 02 Februari 2017

Menikmati Eksotise Candi Asu Bandungan  

  • Candi Asu Bandungan yang Terlupakan

Selama ini orang lebih mengenal situs Candi Gedongsongo di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Ternyata tidak jauh dari situs Candi Gedongsongo ada situs Candi Asu. Sampai saat ini situs Candi Asu jadi tempat favorit warga yang ingin ngalap berkah dengan bertapa di sana. Seperti apa?

Candi Asu, begitu warga menyebutnya. Nama Asu berasal dari bahasa Jawa yang berarti Anjing. Sebab di sebelah kiri candi terdapat Arca Anjing, karena itulah warga menyebutnya Candi Asu. Namun sayang, arca Anjing itu kini sudah rusak, kepala arca hilang di curi orang yang tak bertanggung jawab.
MISTIS: Juru Kunci Candi Asu Bandungan, Tumpuk menunjukan Arca Barong

Candi Asu terletak di pinggir perkampungan di Dusun/Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Akses jalan menuju ke lokasi tersebut masih jalan kampung belum beraspal yang hanya selebar 3 meter saja. Lokasi tepat di tengah-tengah rumpun bambu yang lebat. Akses yang jauh dari jalan utama dan kurangnya promosi menjadikan situs Candi jarang diminati wisatawan. Konon ceritanya Candi tersebut dibangun sebelum Candi Gedongsongo. Namun nama Candi Asu tidak melegenda.
Ketika sampai di Candi Asu, udara terasa segar dan bersih dan suasana tenang menentramkan jiwa. Sebab lokasi Candi Asu jauh dari hingar bingar hiburan malam yang sangat terkenal di Bandungan. Apalagi Candi Asu berada di tengah rumpun Bambu sehingga menambah suasana eksotis dan juga mistis. Suasana mistris itulah yang kerap menarik perhatian orang-orang yang datang untuk ngalap berkah dengan melakukan pertapaan di sana di hari-hari tertentu.
“Saya kesini untuk menenangkan pikiran. Lagi suntuk. Di sini sepi jadi lebih tenang untuk berdoa. Syukur-syukur dapet berkah,” kata Pujiastuti (35) warga Kota Semarang yang rutin berkunjung pada hari Selasa Kliwon. 
Candi Asu  belum direkontruksi secara total. Batu-batuan candi masih disusun seadanya, belum tuntas. Untuk menjaga situs ini diberikan atap pelindung berupa bangunan pendapa ditopang oleh tiang kayu. Dalam pendapa yang berbentuk joglo ada Yoni berisi air. Selain itu ada arca Katak, burung dan beberapa arca dan batu struktur bangunan candi yang lengkap dengan relief.

Juru Kunci Candi Asu, Tumpuk mengatakan, tahun 2005 keberadaan Candi dilaporkan ke Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar), Kabupaten Semarang. Selanjutnya Disporabudpar dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta melakukan penelitian di situs Candi Asu. Selanjutnya pemerintah memberikan dana sekitar Rp 200 juta untuk renovasi situs candi. Dana tersebut digunakan untuk membangun fasilitas seperti jalan, pendapa, dan fasilitas kamar kecil.
“Tidak jauh dari lokasi Candi ditemukan makam yang diyakini sebagai makam Putri Senggi dan suaminya yang disabda hingga berubah wujud menjadi Anjing,” kata Tumpuk belum lama ini.
Untuk melestarikan situs Candi Asu, Tumpuk bersama masyarakat membatasi keberadaan situs tersebut dengan pagar hidup dengan menanam tanaman keras. Tumpuk berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang ikut peduli dengan menjaga kelestarian candi dan benda peninggalan lainnya.
Menurut pengunjung Candi Asu Bandungan Samsadara, kondisi Candi Asu lumayan bagus, sebab masih ada masyarakat yang peduli merawatnya. “Saya melihat Candi Asu  masih sering digunakan untuk beribadah dan masih terawat. Terlihat ada beberapa sisa dupa yang dibakar,” kata dia. (*/tyo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar