Selama ini orang
lebih mengenal situs Candi Gedongsongo di Desa Candi, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Ternyata tidak jauh dari situs Candi Gedongsongo
ada situs Candi Asu. Sampai saat ini situs Candi Asu jadi tempat favorit warga
yang ingin ngalap berkah dengan bertapa di sana. Seperti apa?
Candi Asu,
begitu warga menyebutnya. Nama Asu berasal dari bahasa Jawa yang berarti
Anjing. Sebab di sebelah kiri candi terdapat Arca Anjing, karena itulah warga
menyebutnya Candi Asu. Namun sayang, arca Anjing itu kini sudah rusak, kepala
arca hilang di curi orang yang tak bertanggung jawab.
MISTIS: Juru Kunci Candi Asu Bandungan, Tumpuk menunjukan Arca Barong
Candi Asu
terletak di pinggir perkampungan di Dusun/Desa Candi, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang. Akses jalan menuju ke lokasi tersebut masih jalan kampung belum
beraspal yang hanya selebar 3 meter saja. Lokasi tepat di tengah-tengah rumpun
bambu yang lebat. Akses yang jauh dari jalan utama dan kurangnya promosi
menjadikan situs Candi jarang diminati wisatawan. Konon ceritanya Candi
tersebut dibangun sebelum Candi Gedongsongo. Namun nama Candi Asu tidak
melegenda.
Ketika sampai di
Candi Asu, udara terasa segar dan bersih dan suasana tenang menentramkan jiwa. Sebab
lokasi Candi Asu jauh dari hingar bingar hiburan malam yang sangat terkenal di
Bandungan. Apalagi Candi Asu berada di tengah rumpun Bambu sehingga menambah
suasana eksotis dan juga mistis. Suasana mistris itulah yang kerap menarik
perhatian orang-orang yang datang untuk ngalap berkah dengan melakukan
pertapaan di sana di hari-hari tertentu.
“Saya kesini
untuk menenangkan pikiran. Lagi suntuk. Di sini sepi jadi lebih tenang untuk
berdoa. Syukur-syukur dapet berkah,” kata Pujiastuti (35) warga Kota Semarang
yang rutin berkunjung pada hari Selasa Kliwon.
Candi Asu
belum direkontruksi secara total. Batu-batuan candi masih disusun seadanya, belum
tuntas. Untuk menjaga situs ini diberikan atap pelindung berupa bangunan
pendapa ditopang oleh tiang kayu. Dalam pendapa yang berbentuk joglo ada Yoni
berisi air. Selain itu ada arca Katak, burung dan beberapa arca dan batu
struktur bangunan candi yang lengkap dengan relief.
Juru Kunci Candi Asu, Tumpuk mengatakan, tahun 2005 keberadaan Candi dilaporkan
ke Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar), Kabupaten
Semarang. Selanjutnya Disporabudpar dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
(BP3) Yogyakarta melakukan penelitian di situs Candi Asu. Selanjutnya
pemerintah memberikan dana sekitar Rp 200 juta untuk renovasi situs candi. Dana
tersebut digunakan untuk membangun fasilitas seperti jalan, pendapa, dan
fasilitas kamar kecil.
“Tidak jauh dari
lokasi Candi ditemukan makam yang diyakini sebagai makam Putri Senggi dan
suaminya yang disabda hingga berubah wujud menjadi Anjing,” kata Tumpuk belum
lama ini.
Untuk melestarikan
situs Candi Asu, Tumpuk bersama masyarakat membatasi keberadaan situs tersebut
dengan pagar hidup dengan menanam tanaman keras. Tumpuk berharap Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Semarang ikut peduli dengan menjaga kelestarian candi dan
benda peninggalan lainnya.
Menurut
pengunjung Candi Asu Bandungan Samsadara, kondisi Candi Asu lumayan bagus,
sebab masih ada masyarakat yang peduli merawatnya. “Saya melihat Candi
Asu masih sering digunakan untuk beribadah dan masih terawat. Terlihat
ada beberapa sisa dupa yang dibakar,” kata dia. (*/tyo)