Jumat, 12 September 2014

Sate dan Rica-rica Kelinci Di Ungaran

Rumah Makan Tanto Tanti Bandungan Membuka Cabang Di Pusat Kuliner Alun-alun Bung Karno, Kalirejo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Lokasi berada di los kuliner sebelah kiri No 19.

Daftar Menu:
1. Sate Kelinci Porsi Besar (10 tusuk sate) +lontong/nasi Rp 21.500, sedangkan porsi kecil Rp 15.000 
2. Rica-rica, Gule, dan Tongseng Kelinci+nasi Rp 17.000
3. sedia aneka minuman  
4. menerima pesanan daging dan otak kelinci segar

Alun-alun Bung Karno Menjadi Pusat Kuliner di Ungaran


UNGARAN- Kota Ungaran sebagai Ibu Kota Kabupaten Semarang, menjadi sebuah kota perlintasan menuju ke kota-kota lainnya seperti Semarang, Solo, Magelang, Wonosobo dan Temanggung. Tak jarang orang akan beranggapan sebuah kota perlintasan tidak nyaman untuk disinggahi. Sebab jarang ada wisata atau pusat kuliner maupun area rekreasi yang asyik.

Ternyata di Kota Ungaran justru lebih bervariasi soal kulinernya. Banyak rumah makan, resto, cafe maupun pusat oleh-oleh yang menyajikan makanan khas Kabupaten Semarang. Seperti di alun-alun Bung Karno yang baru diresmikan awal tahun 2014 ini oleh Bupati Semarang Mundjirin. Di sana ternyata menjadi ajang nongkrong anak-anak muda dan rekreasi keluarga.  Sebab di alun-alun tersebut memiliki fasilitas yang jos gandos, seperti arena skeatboard, BMX, lintasan sepatu roda dan lokasi favorit pagi para penghobis pesawat terbang remote control.

Tidak hanya itu saja, di alun-alun Bung Karno yang terletak di kawasan Kalirejo, Ungaran Timur atau tidak berada di exit tol Ungaran setiap hari selalu ramai dikunjungi warga yang ingin mencicipi kuliner khas Kabupaten Semarang. Gak percaya, datang saja setiap hari mulai pukul 15.00, alun-alun itu penuh sesak warga. Ada yang menyalurkan hobi bermain mobil maupun pesawat RC, bersepeda, skateboard, atau joging dan tentunya penikmat kuliner bisa mencicipi aneka makanan khas. Seperti sate, nasi goreng, sop ceker, hingga makanan berbahan baku daging kelinci.

Rumah Makan Tanto Tanti juga membuka stand kuliner di alun-alun Bung Karno. Makanan yang disajikan yakni Sate, Gule, Tongseng dan Rica-rica Kelinci. Seluruh makanan berbahan baku daging kelinci. Bagitu yang tidak doyan daging kelinci, bisa memesan menu lain seperti gule, tongseng dan rica ayam atau Tahu Serasi yang terkenal itu.

Minuman yang disajikan juga beragam, seperti Bir Pletok yakni minuman tradisional berbahan baku 19 rempah-rempah, wedang uwuh yakni ramuan dari kunyit, jahe, kayu secang jeruk nipis yang dipotong-potong dan diseduh dengan air panas. Kalau pengunjung tidak doyan minuman bercitarasa rempah-rempah yang kuat, pesan saja teh manis, kopi susu dan soft drink.

Daging Kelinci Segar
Di warung makan Tanto Tanti Ungaran juga menyediakan daging, otak dan jerohan Kelinci segar. Hanya saja perlu memesan terlebih dulu H-2 sebelum diambil. Jadi gak usah repot-repot menyembelih kelinci, tinggal telepon saja ke Mbakyu Lusia : 081-228-714-443 pesanan akan disiapkan. (Tanti) 

Sabtu, 22 Februari 2014

Disnakan Diminta Mendorong Ternak Kelinci Pedaging

BANDUNGAN- Daging Kelinci semestinya dapat dijadikan alternatif makanan berprotein pengganti daging ayam maupun sapi.  Sudah saatnya Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Semarang mengambil langkah untuk mendorong ternak kelinci pedaging secara massal. Sehingga harga daging Kelinci dapat lebih murah agar terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. 

Selama ini makanan berbahan dasar daging Kelinci bagi masyarakat Indonesia tergolong sebagai makanan mewah. Sebab harga daging Kelinci tergolong mahal di bandingkan dengan daging konsumsi seperti ayam dan sapi.

Kenapa daging Kelinci lebih mahal dibandingkan ayam dan sapi ? Sebab Kelinci hingga saat ini belum dibudidayakan secara massal. Apalagi budidaya Kelinci  secara khusus untuk dimanfaatkan dagingnya. Selama ini peternakan Kelinci lebih cenderung menjual Kelinci hias di bandingkan menjual Kelinci konsumsi.  Alasannya harga kelinci hias lebih tinggi dibandingkan kelinci pedaging. Akhirnya kelinci pedagang hanya menunggu kelinci hias yang sudah afkir atau dinilai tidak layak jual untuk hias sehingga pantas disembelih untuk konsumsi.

"Kalau kelinci hias sekali menjual harganya bisa lebih dari Rp 350 ribu per ekornya. Sedangkan kelinci pedaging itu paling mahal dijual Rp 120-150 ribu," kata Peternak Kelinci asal Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Parmin, 37.

Alasan itulah yang menjadikan ternak Kelinci pedaging sepi peminat. Padahal jika dihitung-hitung, ternak kelinci pedaging lebih menguntungkan dibandingkan kelinci hias. Kok bisa. Di lokasi wisata Bandungan, Kabupaten Semarang saja, ada 22 pedagang Sate Kelinci. Misalnya rata-rata satu penjual sate, menyembelih 2 ekor Kelinci/hari. Berarti kebutuhan di Bandungan 44 ekor kelinci/hari. Itu belum dikota-kota lainnya seperti Tawangmangu, Solo, Semarang dan Kendal juga banyak pedagang makanan  berbahan daging kelinci. Artinya kebutuhan akan daging kelinci sangatlah besar untuk konsumsi.

"Setiap hari rata-rata menyembelih 3-5 ekor kelinci untuk dimasak Sate, Gule, Tongseng dan Rica-rica Kelinci. Bahkan otak kelinci juga banyak dicari orang untuk obat reproduksi wanita," ujar Hartanti, 37, pemilik rumah makan Tanto Tanti Bandungan di Jl Sukorini, Karanglo, Desa Kenteng Bandungan, Kabupaten Semarang.

Melihat besarnya kebutuhan daging Kelinci menjadikan peluang usaha yang lumayan besar penghasilannya.

Sayangnya besarnya kebutuhan daging kelinci tersebut tidak diimbangi peran Pemerintah Kabupaten Semarang dalam meningkatkan populasi kelinci. Akibatnya pada musim liburan--disaat tempat wisata Bandungan ramai--stok kelinci habis. Hingga mendatangkan kelinci dari luar daerah. Semestinya pemerintah mengarahkan agar ada peternakan kelinci khusus pedaging sehingga harga kelinci akhirnya bisa stabil seiring dengan seimbangnya jumlah populasi kelinci dengan kebutuhan. (pristyo)