Selasa, 02 April 2013

Nikmatnya Sate Kelinci Bandungan



Kelinci tidak hanya untuk hiasan saja. Dagingnya sudah lama dikonsumsi masyarakat. Paling terkenal adalah dibuat Sate Kelinci. Di Kabupaten Semarang sate kelinci banyak terdapat di daerah wisata Bandungan. Seperti apa nikmatnya sate kelinci Bandungan? 

Dari sejumlah warung sate Kelinci di Bandungan, hanya ada satu warung makan yang memiliki variasi menu olahan daging kelinci. Ya. Warung makan Tanto Tanti berada di kawasan Karanglo, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan atau sekitar 1 kilometer dari pasar Bandungan ke arah Candi Gedongsongo. Warung makan sederhana ini menyediakan beragam menu olahan daging kelinci. Mulai dari Sate Kelinci, Gule, Rica-rica, Tongseng, Sop hingga Kelinci bakar atau goreng.

Hampir semua sate kelinci memiliki kesamaan, yaitu daging kelinci yang dipotong kecil, ditusuk menggunakan sujen dan dibakar. Bumbunya pun hampir semua sama yaitu ada irisan cabai, bawang merah dan sambel kacang tanah. Atau bila tidak suka bumbu kacang, maka bisa diganti dengan kecap pedas, irisan kubis dan tomat. Biasanya kalau makan sate kelinci dengan bumbu kacang paling afdol ditemani lontong. Bila yang kita pilih bumbu kecap maka tepat jika memilih nasi teman menyantap.

“Kalau sate hampir semua sama yaitu dagingnya dibakar lalu disiram bumbu kacang. Resep bumbu kacangnya juga rata-rata sama dengan penjual yang lain. Bedanya ditempat kami, sebelum dibakar daging diberi bumbu dulu. Selain itu bumbu kacangnya diperbanyak kencur dan ada perasan jeruk,” tutur Lusia Lanny Hartanti yang merintis usaha warung makan tersebut sejak tahun 2005.

Selain soal bumbu dan cara membakar, Lusia Lanny Hartanti atau biasa di sapa mbak Tanti itu menerapkan seleksi kelinci yang bakal di olah. Kelinci untuk sate dipilih kelinci yang muda dengan berat 1,5-2 kilogram. Sengaja dipilih kelinci muda agar dagingnya tidak keras. Sementara kelinci yang tua digunakan untuk masakan olahan lainnya. Kelinci tersebut disiapkan dan disembelih secara bertahap. Hal itu sengaja dilakukan untuk menjaga kesagaran daging.

Menu andalan warung makan tersebut adalah tongseng dan rica-rica kelinci. Selain itu juga disediakan gulai kepala kelinci. Rica-rica adalah kuliner asal Manado namun diolah modifikasi agar rasanya bisa lebih njawani, sehingga olahan rica-rica lebih banyak merica dan gula. Sehingga yang muncul adalah rasa pedas dan manis. 

Bahkan kepala kelinci juga dijual dalam bentuk segar. Sejumlah masyarakat banyak memesan kepala kelinci yang dimanfaatkan untuk pengobatan. Para konsumen mengaku mendapatkan resep dari dokter yang menyarankan mengkonsumsi otak atau daging kelinci untuk mendongkrak kesuburan wanita dan pengobatan paru-paru.

“Gulai Kepala Kelinci ini jarang kami sediakan karena belum dimasak saja sudah dipesan. Biasanya yang pesan kepala kelinci itu untuk diambil otaknya. Kata para pembelinya, otak kelinci itu berkasiat untuk obat reproduksi wanita dan kesehatan paru-paru,” imbuhnya.

Menurut Tanti warung makannya mematok harga sate kelinci Rp 17.000/porsi, sedangkan menu lainnya rata-rata Rp 15.000/porsi. Sepintas memang mahal. Namun melihat harga kelinci yang terus melambung dan melihat dari rasanya, harga tersebut dirasakan sebanding.

“Seluruh masakan di sini fresh. Bila ada yang pesan baru kita buatkan. Jadi bisa pesan dengan tingkat kepedasan yang bervariasi,” ujarnya. (tanto-tanti)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar